Portal Ramadhan <> Teman setia menggapai ridho Illahi
Portal Ramadhan. Diberdayakan oleh Blogger.

I’tikaf Ramadhan

”Diriwayatkan dari Anas ra ,ia berkata Rasulullah SAW biasa melakukan i’tikaf pada sepuluh hari terakhir pada bulan Ramadhan. Kemudian beliau pernah tidak beri’tikaf pada suatu tahun, lalu pada tahun berikutnya beliau beri’tikaf selama dua puluh hari” (HR. Ahmad dan Tirmidzi).

Bulan Ramadhan adalah bulan ibadah. Umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak ibadah didasari dengan iman kepada Allah semata. Maka Allah SWT akan mengampuninya. I’tikaf adalah salah satu ibadah yang dapat dilakukan pada bulan Ramadhan. I’tikaf adalah salah satu sistem peribadatan dalam Islam, dengan berdiam diri di Masjid untuk sementara waktu dengan niat ibadah.

I’tikaf biasanya diisi dengan ibadah sunah, misalnya memperbanyak shalat sunah, membaca Al Qur’an dan berzikir Dapat juga dimanfaatkan untuk memperdalam tsaqafah (wawasan) keislaman. Hakikatnya, i’tikaf adalah memisahkan diri untuk sementara waktu dari hiru biru kemelut kehidupan beragam di tengah masyarakat dan membenamkan diri dalam kehidupan beragama yang fokus, dan dilakukan dengan berdiam diri di masjid. Intinya adalah konsentrasi meningkatkan ketakwaan.

Ketika ketaqwaan umat Islam mulai lemah dan sirna oleh peristiwa yang menekan atau himpitan jiwa yang tak terpenuhi dalam kehidupan berbagai tuntutan dalam sosial masyarakat, maka salah satu solusinya adalah i’tikaf. Lamanya waktu i’tikaf tergantung pada pengembalian takwa itu. Minimal masa yang diperlukan dalam berdiam diri di masjid itu selama waktu tuma’ninah (waktu selama rukuk dalam rakaat).

Bagaimana Rasulullah beri’tikaf? Siti Aisyah berkata. ”Nabi Muhammad SAW apabila hendak beri’tikaf beliau shalat subuh lalu masuk ke tempat i’tikaf” (Muttafaqunlaih). Rasulullah SAW tidak pulang pergi ketika beri’tikaf kecuali apabila ada keperluan. Siti Aisyah RA mengatakan, ”Rasulullah SAW mengulurkan kepalanya kepada saya, sedang beliau berada di masjid, kemudian saya menyisir rambutnya, dan beliau tidak masuk rumah apabila sedang beri’tikaf, kecuali beliau ada keperluan”. (HR Bukhari)

Mengenai bila masa i’tikaf itu dilaksanakan, sebaik-baik waktunya pada sepuluh hari terakhir Ramadhan, berdasarkan contoh tauladan yang telah diberikan oleh Rasulullah SAW. Merujuk penuturan Aisyah Radhiallahu ‘anha, beliau berkata, ”adalah Rasulullah SAW apabila telah masuk sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan dibangunkanlah keluarganya dan senantiasa mengencangkan ikat pinggang” (Muttafaqunalaih).

Pada bulan Ramadhan yang penuh berkah mari kita kunjungi masjid untuk beri’tikaf. Meluangkan sedikit waktu dalam hidup kita untuk lebih mendekatkan diri kepada Khaliq. Memuji kebesaran-Nya dan merenungi ke mahakuasaan-Nya. Memohon ampunan atas segala aktivitas kita yang telah banyak melalaikan sebagian seruan-seruan-Nya. Berdoa agar umat Islam di manapun berada diberi kesabaran, ketabahan, serta kekuatan dalam memecahkan segala permasalahan hidupnya yang sangat kompleks.

I’tikaf pada dasarnya dapat dilakukan kapan saja dan dalam waktu berapa lama yang disediakan. Imam Syafi’i menyebutkan bahwa i’tikaf sudah tercapai dengan cara berdiam di Masjid beberapa saat dengan niat yang suci dan tulus ikhlas karena Allah SWT. Di dalam peri hidup Rasulullah SAW diceritakan bahwa baginda Rasulullah SAW selalu melakukan i’tikaf pada sepuluh hari dan malam terakhir bulan Ramadhan. Ketika itu baginda Rasulullah SAW memperbanyak membaca Al Qur’an, serta berdoa kepada Allah SWT.

Anjuran i’tikaf di malam-malam akhir Ramadhan ini berkaitan erat dengan datangnya Lailatulqadar yaitu malam kemuliaan, karena beribadah pada malam itu dinilai lebih baik dari seribu bulan. Rasulullah SAW bersabda: ”Carilah (malam qadar) itu pada sepuluh akhir dari bulan Ramadhan” (HR Ahmad dan Bukhari) Malam qadar itu wajar saja di tunggu-tunggu oleh setiap muslim yang mendambakan kebaikan dan kebahagiaan dalam hidup di dunia dan akhirat. Namun perlu diingat bahwa Lailatulqadar hanya akan datang mengunjungi seseorang pada tingkat kesucian akhlak dan spritualitas yang terjaga baik.

Di lihat dari waktu datangnya lailatul qadar itu bukan di awal, melainkan di akhir Ramadhan. Didapat pelajaran besar bagi umat Islam bahwa menjelang berakhirnya puasa Ramadhan, tentu umat akan mencapai tingkat kematangan dan kesempurnaan jiwa, melalui ibadah puasa yang telah dilakukan. Umat muslim memiliki kesiapan mental untuk menerima kehadiran malam kemuliaan yang agung itu.

Dari sisi tempat penyambutannya adalah di masjid dengan melakukan i’tikaf sebagai kegiatan ibadah menyambut datangnya lailatul qadar itu. Masjid adalah tempat suci yang diungkap dengan sebutan Bait Allah (rumah Allah) sebagai tempat dilakukan berbagai kebajikan. Masjid adalah tempat melepaskan diri dari berbagai hiruk-pikuk kehidupan dunia yang menyesakkan, dan meraih pencerahan iman dan rohani umat muslimin.


OLeh : MAS’OED ABIDIN, Ulama

Artikel lainnya

[QS 2:183] "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa"

  © Template Al-Mubarak by ourblogtemplates.com <> Portal Ramadhan sejak Ramadhan 2011@ Bali

Kembali ke DEPAN  

PORTAL RAMADHAN